Berbisnis bukanlah hal yang mudah dilakukan. Dalam berbisnis selalu ditemukan lika liku dan pasang surut di dalamnya. Hal itu juga dikatakan oleh pengusaha terkenal dan pemilik suatu perusahaan berbasis Sumber Daya Alam, Royal Golden Eagle, bernama Sukanto Tanoto. Ia mengatakan bahwa resiko selalu melekat meski berani melakukan langkah-langkah yang berisiko, juga membutuhkan nyali yang besar. Berbeda dengan nekat, batasan suatu keberanian dalam mengambil resiko memang sangat tipis dan tetap menantang bahaya. Lalu bagaimana menyiasati resiko berbisnis dengan baik?
Oleh karena itu, pengusaha sukses ini memberikan sebuah tips yang bisa dijadikan sebagai inspirasi. Dalam hal ini, tips yang ia berikan terbilang dapat dipraktekkan dengan mudah oleh semua pengusaha. Pada faktanya dalam dunia bisnis resiko tidak datang atau malah diabaikan, harus siap untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk ketika sudah memutuskan untuk terjun ke dunia wirausaha.
Menjadi seorang pengusaha harus memiliki keberanian dalam menjalani masa-masa sulit dan tidak boleh takut terhadap masa depan serta harus selalu berfikir positif. Hal itu bisa dijadikan semangat untuk diri sendiri dalam berwirausaha. Dalam melakukan suatu hal tidak hanya dibutuhkan 1 langkah saja, pasti akan ada banyak langkah yang didalamnya pasti ada pasang surut dan resiko yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian dalam mengambil resiko yang tidak akan hanya terjadi pada saat memulai usaha namun bisa saja saat menjalani. Hal itu sering terjadi dan selalu datang tak terduga. Karena memang tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kita masing-masing.
Hal itu juga terjadi pada Sukanto Tanoto saat krisis moneter pada tahun 1988. Saat itu banyak pengusaha yang gulung tikar dan goyah akibat depresiasi nilai rupiah yang membludak. Pemutusan hubungan kerja dengan karyawan banyak terjadi di berbagai perusahaan. Namun tidak untuk Sukanto Tanoto, ia mampu melaluinya dengan baik. Ia tetap berusaha berfikir jernih dan mencari solusi terbaik agar ia bisa melewati masa krisis tersebut. Dan terfikirlah untuk menjual salah satu perusahaan yang ia miliki di Tiongkok, yang dapat menyelamatkan usahanya. Maka dengan berani, ia segera melakukannya. Padahal, ia belum tahu putusannya tepat atau tidak. Kalau dilakukan, pertaruhannya cukup besar. Asetnya hilang dan kondisi perusahaanya belum tentu membaik. Dengan menjual asetnya, ia mampu menutup utang yang jatuh tempo. Kesempatan itu akan dilakukannya untuk menjadwalkan pembayaran utang baru dan renegosiasi dengan bank peminjam. Sisanya bakal digunakan untuk menggenjot bisnis. Dari yang sudah dijelaskan, dapat diketahui satu kiat Sukanto Tanoto dalam menyiasati risiko bisnis. Sesudah mengukur tingkat risiko dengan cermat, ia segera bertindak dengan cepat. Sebab, kesempatan mungkin tidak akan datang dua kali. Ia berkata untuk sabar dalam bertindak hanya ketika semuanya siap dan rebut kesempatan serta mengambil resiko secara terukur.
No comments:
Post a Comment